Minggu, 31 Oktober 2010

budidaya kepiting bakau

Pendahuluan
Kepiting bakau (S. serrata) merupakan salah satu biota potensial yang hidup di daerah mangrove memiliki nilai ekonomis tinggi. Dan merupakan spesies yang khas di kawasan hutan bakau (mangrove) dan hidup di daerah muara sungai dan rawa pasang surut yang banyak ditumbuhi vegetasi mangrove dengan substrat berlumpur atau lumpur berpasir. Di Indonesia banyak sekali jenis kepiting yang tersebar, mulai dari lingkungan air tawar, laut hingga daratan. Meskipun mampu hidup di air maupun di daratan, tetap ada tempat-tempat yang sangat disukai oleh jenis kepiting tertentu. Setiap kepiting mempunyai tempat hidup yang spesifik dan mungkin berbeda satu dengan yang lainnya, Pada umumnya kepiting ini banyak ditemukan di daerah hutan bakau. Berbagai jenis kepiting dapat dijumpai di perairan Indonesia. Diperkirakan terdapat 2500 jenis spesies di Indonesia dari total 4500 spesies yang terdapat di seluruh dunia. Namun tak semuanya bisa dikonsumsi. Ada empat jenis kepiting yang umumnya dikonsumsi. Mereka adalah S. serrata (duri di sikut dan dahinya sama-sama runcing), S. tranquebarica (duri di sikut sedikit runcing dan lunak di dahi), S. paramamosain (duri di dahi runcing tapi di siku lunak), S. olilvacea (duri di dahi dan sikutnya sama-sama lunak). Menurut Nontji (1993), S. serrata merupakan jenis kepiting yang paling popular sebagai bahan makanan dan mempunyai harga yang cukup mahal.






Klasifikasi kepiting bakau
Phylum : arthropoda
Class : crustacean
Ordo : decapoda
Family : portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla sp.


Siklus hidup
Kepiting bakau dalam menjalani kehidupanya beruaya dari perairan pantai ke laut,kemudian induk berusaha kembali ke perairan pantai, muara sungai,atau parairan yang berhutan bakau untuk baerlindung,maecari makanan,dan membesarkan diri.kepiting betina yang telah malakukan perkawinan secara berlahan dan pelan-pelan akan beruaya ke perairan bakau,dan kembalih ke laut untuk melakukan pemijahan,kepiting yang telah kembali kelaut akan mencari perairan yang kondisinya cocok untuk melakukan pemijahan khususnya terhadap suhu dan saliniyas air laut. Peristiwa pemijahan terjadi pada periode bulan-bulan tertentu, terutama awal tahun. Jarak yang ditempuh dalam beruaya untuk memijah biasanya tidak lebih dari satu kilometer kearah laut menjauhi pantai menuju tempat.Pada kondisi lingkungan yang memungkinkan, kepiting dapat bertahan hidup hingga mencapai umur 3-4 tahun. Sementara itu, pada umur 12-14 bulan kepiting sudah dianggap dewasa dan dapat dipijahkan. Sekali memijah, kepiting mampu menghasilkan jutaan telur 2.000.000 - 8.000.000 telur tergantung dari ukuran dan umur kepiting betina yang memijah.


Morfologi


Kepiting bakau memiliki ukuran lebar karapas lebih besar dari pada ukuran panjang tubuhnya dan permukaanya agak licin, pada dahi antara sepasang matanya terdapat enam buah duri dan di samping kanan dan kirinya masing-masing terdapat enambuah duri,kepiting bakau jantan mempunyai sepasang capit yang dapat mencapai panjang hampir dua kali lipat dari panjang karapasnya,sedangkan kepiting bakau betina relative lebih pendek.selain itu,kepiting bakau juga mempunyai tiga pasang kaki jalan dan sepasang kaki renang,dan juga bagian kepala dan dada menjadi satu serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh lebih besar dan lebih lebar,dapat hidup dan bertahan lama di darat . Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu:
• 2 pasang antenna
• 1 pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya
• 1 pasang maksilla
• 1 pasang maksilliped
Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke mulut.






Fisiologi kepiting bakau
1.Alat reprodusi
Kepiting bakau jantan dan betina dapat dibedakan dengan mengamati alat kelamin yang terdapat dibagian perut. Pada bagian perut jantan umumnya terdapat organ kelamin berbentuk segi tiga yang sempit dan dapat meruncing di bagian depan. Organ kelamin betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan di bagian depan agak tumpul. Kepiting jantan dan betina dibedakan oleh ruas abdomennya. Ruas abdomen kepiting jantan berbentuk segitiga, sedangkan pada kepiting betina berbentuk agak membulat dan lebih lebar. Dan perkawinan terjadi di saat suhu air mulai naik,biasanya betina akan mengeluarkan cairan kimiawi perangsang,yaitu pheromone kedalam air untuk menarik perhatian kepiting jantan,setela jantan berhasil terpikat maka kepiting jantan akan naik ke atas karapas kepiting betina untuk berganti kulit (molting),selama kepiting betina molting maka kepiting jantan akan melindungi kepiting betina selama 2-4 hari sampai cangkang terlepas,kepiting jantan akan membalikkan tubuh kepiting betina untuk melakukan kopulasi/perkawinan.biasanya,kopulasi berlangsung 7-12 jam dan hanya akan terjadi jika karapas kepiting betina dalam ke adan lunak. spermatofor kepiting jantan akan di simpan di dalam supermateka kepiting betina sampai telur siap di buahi.telur di dalam tubuh kepiting betina yang suda matang akan turun ke oviduk dan akan di buahi oleh sperma.
proses pemijahan kepiting bakau tidak halnya seperti udang yang hanya terjadi pada malam hari ( kondisi gelap ).kepiting bakau juga dapat melakukan perkawinan/pemijahan pada siang hari.




3.Sistem pencernaan
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah
Jenis pakan yang di konsumsi kepiting bakau dapat berupah artemia,ikan rucah,daging kerang-kerangan,hancuran daging siput,dan lumut.pemberian pakan tergantung pada ukuran kepiting bakau,bila masih larva biasanya Brachionus plicatilis,Tetracelmis chuii dan naupli artemia.kepiting bakau juga bersifat kanibalisme biasanya dia akan menyarang kepiting lain yang sedang dalam kondisih lemah atau ganti kulit ( molting ).
Alat pencernaan terbagi menjadi tiga,tembolok,lambung otot,lambung kelenjar.didalam perut kepiting terdapat gigi kalsium yang teratur berderet secara longitudinal,selain gigi kalsium juga terdapat gastrolik yang berfungsi mengeraskan rangka luar (eksoskeleton) setelah terjadi eksdisis (penegelupasan kulit). Urutan pencernaan makanannya dimulai dari mulut, kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus dan anus. Hati (hepar) terletak di dekat lambung. Sisa-sisa metabolisme tubuh diekskresikan lewat kelenjar hijau.
4.System peredaran darah
Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar tubuh. Sistem peredaran darah pada kepiting bakau disebut peredaran darah terbuka karena beredar tanpa melelui pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin (Hb) melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap oksigen rendah




5.System respirasi/pernapasan
Pernafasan : pertukaran CO2 (sisa-sisa proses metabolisme tubuh yg harus dibuang) dengan O2 (berasal dari perairan, dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dsb). Kepiting bakau bernapas umumnya dengan insang, kecuali yang bertubuh sangat kecil dengan seluruh permukaan tubuhnya dan memiliki sebuah jantung untuk memompa darah.
Mekanisme pernafasan :Pertukaran gas CO2 dan O2 terjadi secara difusi ketika air dari kepiting yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh hemosianin, sedangkan CO2 yang dikandung di dalam darah akan dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian diedarkan kembali ke seluruh organ tubuh dan seterusnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan O2 pada kepiting bakau :
1. ukuran dan umur (standia hidup)
2. aktivitas kepiting bakau
3. Jenis kelamin
4. Stadia reproduksi


6.System saraf dan hormon
Kedua sistem ini dapat dikatakan sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat), saraf akan merangsang kelenjar endokrin agar hormon dikirim ketempat yang di tuju untuk mengeluarkan hormon-hormon yang dibutuhkan agar merangsang organ yang teleh di tentukan dan aktivitas metabolisme jaringan-jaringan. Sistem saraf terdiri dari system saraf tangga tali pada system sarafnya terjadi pengumpulan dan penyatuan gangliondan dari pasangan-pasangan gangflion dan dari pasangan ganglion keluar saraf yang menuju ketepi.alat indra berupa sepasang mata majemuk ( faset ) bertangkai yang berkembang dengan baik.




Sistem Hormon : Hormon dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar hormone,yaitu hormon pertumbuhan, hormon reproduksi, hormon ekskresi & osmoregulasi.
Menurut hasil kelenjar hormon :
- endo hormon : yang bekerja di dalam tubuh, seperti hormon-hormon di atas
- ekto hormon : yang bekerja di luar tubuh, seperti fenomen : merangsang jenis kelamin lain mendekat untuk berpijah.




7.System ekskresi dan osmoregulasi
Ekskresi adalahn sistem pembuangan proses metabolisme tubuh (berupa gas, cairan, dan padatan) melalui ginjal, dan saluran pencernaan.
Sistem Osmoregulasi : sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air dan darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan).
Organ-organ dalam sistem ekskresi : saluran pencernaan, dan ginjal.
Organ-organ sistem osmoregulasi : ginjal, insang, lapisan tipis mulut.Ginjal
Fungsi Ginjal:
menyaring sisa-sisa proses metabolisme untuk dibuang, zat-zat yang diperlukan tubuh diedarkan lagi melalui darahdan mengatur kekentalan urin yang dibuang untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh.

Minggu, 24 Oktober 2010

pembenihan kerapu macan

SARANA PEMBENIHAN

a. Induk sebanyak 5 ekor betina dan 2 ekor jantan. Induk jantan
berukuran panjang 77 - 78 cm dan berat 9,5 - 11 kg/ekor. Induk betina
berukuran panjang 60 - 70 cm dan berat 5,3 - 7,8 kg/ekor.
b. Pakan induk berupa ikan segar dari jenis selar, japuh dan jantan
yang kandungan proteinnya tinggi dan kandungan lemaknya rendah.
c. Kurungan apung untuk pemeliharaan induk berukuran 3 x 3 x 3 m3.
d. Bak pemijahan dengan kapasitas 100 ton.
e. Bak penetasan sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva yang
berukuran 4 x 1 x 1 m3 terbuat dari beton, berbentuk empat persegi
panjang.

METODE PEMBENIHAN

Metoda yang digunakan adalah manipulasi lingkungan. Untuk merangsang
terjadinya perkawinan antara jantan dengan induk betina matang kelamin
digunakan metoda manipulasi lingkungan di bak terkontrol. Teknik
pemijahan dengan manipulasi lingkungan ini dikembangkan berdasarkan
pemijahan ikan kerapu di alam, yaitu dengan rangsangan atau kejutan
faktor- faktor lingkungan seperti suhu, kadar garam, kedalaman air dan
lain-lain. Pemijahan mengikuti fase peredaran bulan; pada saat bulan
terang atau bulan gelap.

PEMELIHARAAN INDUK

Induk ikan kerapu yang dipijahkan dipelihara di laut dalam kurungan
apung dengan padat penebaran induk 7,5 - 10 kg/m3. Pakan yang
diberikan berupa ikan rucah segar berkadar lemak rendah. Diluar
pemijahan ikan, takaran pakan yang diberikan sebesar 3 - 5% dari total
berat badan ikan/hari, sedangkan pada musim pemijahan diturunkan
menjadi 1%. Disamping itu diberikan pula vitamin E dengan dosis 10 -
15 mg/ekor/minggu.

SEX REVERSAL

Kerapu termasuk ikan yang "hermaprodit protogyni", yaitu pada
kehidupan awal belum ditentukan jenis kelaminnya. Sel kelamin betina
terbentuk setelah berumur 2 tahun dengan panjang 50 cm dan berat 5 kg.
Sel kelamin betina berubah menjadi sel kelamin jantan pada umur 4
tahun dengan panjang tubuh sekitar 70 cm dan berat 11 kg. Ada
kenyataannya lebih banyak ditemui ikan kerapu jantan atau mempercepat
perubahan kelamin dari betina ke jantan dapat dipacu/dirangsang dengan
hormon testosteron. Pemberian hormon testosteron dilakukan secara oral
melalui makan setiap minggu, diikuti dengan penambahan multivitamin.

Takaran yang diberikan adalah :
Hormon testosteron 2 mg/kg induk
Multivitamin 10 mg/kg induk

SELEKSI INDUKAN

Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui dengan cara
mengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma yang keluar
warnan putih susu dan jumlahnya banyak diamati untuk menentukan
kualitasnya. Kematangannya kelamin induk betina diketahui dengan cara
kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam lubang kelamin
ikan, kemudian dihisap. Telur yang diperoleh diamati untuk mengetahui
tingkat
kematangannya, garis tengah (diameter) telor diatas 450 mikron.

PEMIJAHAN

a) Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang
sebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan
salinitas + 32 ‰.

b) Manipulasi lingkungan dilakukan menjelang bulan gelap yaitu dengan
cara menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai
jam 09.00 sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman
40 cm dari dasar bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan ke
possisi semula (tinggi air 1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus
menerus sampai induk memijah secara alami.

c) Rangsangan hormonal induk kerapu matang kelamin disuntik dengan
hormon Human Chorionic Gonadotropin (HGG) dan Puberogen untuk
merangsang terjadinya pemijahan. Takaran hormon yang diberikan adalah
:
HGG 1.000 - 2.000 IU/kg induk
Puberogen 150 - 225 RU/kg induk

d) Pengamatan pemijahan ikan dilakukan setiap hari setelah senja
sampai malam hari. Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari antara
jam 22.00 - 24.00 WIB. Diduga musim pemijahannya terjadi 2 kali bulan
Juni - September dan bulan Nopember - Januari.

e) Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen dan
dipindahkan ke bak penetasan.bak pemeliharaan larva.
PENETASAN TELUR

Bak yang dipergunakan untuk penetasan telur sekaligus juga merupakan
bak pemeliharaan larva, terbuat dari beton, berbentuk empat persegi
panjang dengan ukuran 4 x 1 x 1 m3. Tiga hari sebelum bak
penetasan/bak pemeliharaan larva digunakan, perlu dipersiapkan dahulu
dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan memakai larutan chlorine
(Na OCI) 50 - 100 ppm.

Setelah itu dinetralkan dengan penambahan larutan Natrium thiosulfat
sampai bau yang ditimbulkan oleh chlorine hilang. Air laut dengan
kadar garam 32 ‰ dimasukkan ke dalam bak, satu hari sebelum larva
dimasukkan dengan maksud agar suhu badan stabil berkisar antara 27 -
280C.

Telur hasil pemijahan dikumpulkan dengan sistim air mengalir. Telur
yang dibuahi akan mengapung dipermukaan air dan berwarna jernih
(transparan). Sebelum telur ditetaskan perlu direndam dalam larutan 1
- 5 ppm acriflavin untuk mencegah serang bakteri.

Padat penebaran telur di Bak Penetasan berkisar 20 - 60 butir/liter
air media. Ke dalam bak penetasan perlu ditambahkan Chlorella sp
sebanyak 50.000 - 100.000 sel/ml untuk menjaga kualitas air.

Telur akan menetas dalam waktu 18 - 22 jam setelah pemijahan pada suhu
27 - 280C dan kadar garam 30 - 32 ‰.