Minggu, 24 Oktober 2010

pembenihan kerapu macan

SARANA PEMBENIHAN

a. Induk sebanyak 5 ekor betina dan 2 ekor jantan. Induk jantan
berukuran panjang 77 - 78 cm dan berat 9,5 - 11 kg/ekor. Induk betina
berukuran panjang 60 - 70 cm dan berat 5,3 - 7,8 kg/ekor.
b. Pakan induk berupa ikan segar dari jenis selar, japuh dan jantan
yang kandungan proteinnya tinggi dan kandungan lemaknya rendah.
c. Kurungan apung untuk pemeliharaan induk berukuran 3 x 3 x 3 m3.
d. Bak pemijahan dengan kapasitas 100 ton.
e. Bak penetasan sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva yang
berukuran 4 x 1 x 1 m3 terbuat dari beton, berbentuk empat persegi
panjang.

METODE PEMBENIHAN

Metoda yang digunakan adalah manipulasi lingkungan. Untuk merangsang
terjadinya perkawinan antara jantan dengan induk betina matang kelamin
digunakan metoda manipulasi lingkungan di bak terkontrol. Teknik
pemijahan dengan manipulasi lingkungan ini dikembangkan berdasarkan
pemijahan ikan kerapu di alam, yaitu dengan rangsangan atau kejutan
faktor- faktor lingkungan seperti suhu, kadar garam, kedalaman air dan
lain-lain. Pemijahan mengikuti fase peredaran bulan; pada saat bulan
terang atau bulan gelap.

PEMELIHARAAN INDUK

Induk ikan kerapu yang dipijahkan dipelihara di laut dalam kurungan
apung dengan padat penebaran induk 7,5 - 10 kg/m3. Pakan yang
diberikan berupa ikan rucah segar berkadar lemak rendah. Diluar
pemijahan ikan, takaran pakan yang diberikan sebesar 3 - 5% dari total
berat badan ikan/hari, sedangkan pada musim pemijahan diturunkan
menjadi 1%. Disamping itu diberikan pula vitamin E dengan dosis 10 -
15 mg/ekor/minggu.

SEX REVERSAL

Kerapu termasuk ikan yang "hermaprodit protogyni", yaitu pada
kehidupan awal belum ditentukan jenis kelaminnya. Sel kelamin betina
terbentuk setelah berumur 2 tahun dengan panjang 50 cm dan berat 5 kg.
Sel kelamin betina berubah menjadi sel kelamin jantan pada umur 4
tahun dengan panjang tubuh sekitar 70 cm dan berat 11 kg. Ada
kenyataannya lebih banyak ditemui ikan kerapu jantan atau mempercepat
perubahan kelamin dari betina ke jantan dapat dipacu/dirangsang dengan
hormon testosteron. Pemberian hormon testosteron dilakukan secara oral
melalui makan setiap minggu, diikuti dengan penambahan multivitamin.

Takaran yang diberikan adalah :
Hormon testosteron 2 mg/kg induk
Multivitamin 10 mg/kg induk

SELEKSI INDUKAN

Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui dengan cara
mengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma yang keluar
warnan putih susu dan jumlahnya banyak diamati untuk menentukan
kualitasnya. Kematangannya kelamin induk betina diketahui dengan cara
kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam lubang kelamin
ikan, kemudian dihisap. Telur yang diperoleh diamati untuk mengetahui
tingkat
kematangannya, garis tengah (diameter) telor diatas 450 mikron.

PEMIJAHAN

a) Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang
sebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan
salinitas + 32 ‰.

b) Manipulasi lingkungan dilakukan menjelang bulan gelap yaitu dengan
cara menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai
jam 09.00 sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman
40 cm dari dasar bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan ke
possisi semula (tinggi air 1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus
menerus sampai induk memijah secara alami.

c) Rangsangan hormonal induk kerapu matang kelamin disuntik dengan
hormon Human Chorionic Gonadotropin (HGG) dan Puberogen untuk
merangsang terjadinya pemijahan. Takaran hormon yang diberikan adalah
:
HGG 1.000 - 2.000 IU/kg induk
Puberogen 150 - 225 RU/kg induk

d) Pengamatan pemijahan ikan dilakukan setiap hari setelah senja
sampai malam hari. Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari antara
jam 22.00 - 24.00 WIB. Diduga musim pemijahannya terjadi 2 kali bulan
Juni - September dan bulan Nopember - Januari.

e) Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen dan
dipindahkan ke bak penetasan.bak pemeliharaan larva.
PENETASAN TELUR

Bak yang dipergunakan untuk penetasan telur sekaligus juga merupakan
bak pemeliharaan larva, terbuat dari beton, berbentuk empat persegi
panjang dengan ukuran 4 x 1 x 1 m3. Tiga hari sebelum bak
penetasan/bak pemeliharaan larva digunakan, perlu dipersiapkan dahulu
dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan memakai larutan chlorine
(Na OCI) 50 - 100 ppm.

Setelah itu dinetralkan dengan penambahan larutan Natrium thiosulfat
sampai bau yang ditimbulkan oleh chlorine hilang. Air laut dengan
kadar garam 32 ‰ dimasukkan ke dalam bak, satu hari sebelum larva
dimasukkan dengan maksud agar suhu badan stabil berkisar antara 27 -
280C.

Telur hasil pemijahan dikumpulkan dengan sistim air mengalir. Telur
yang dibuahi akan mengapung dipermukaan air dan berwarna jernih
(transparan). Sebelum telur ditetaskan perlu direndam dalam larutan 1
- 5 ppm acriflavin untuk mencegah serang bakteri.

Padat penebaran telur di Bak Penetasan berkisar 20 - 60 butir/liter
air media. Ke dalam bak penetasan perlu ditambahkan Chlorella sp
sebanyak 50.000 - 100.000 sel/ml untuk menjaga kualitas air.

Telur akan menetas dalam waktu 18 - 22 jam setelah pemijahan pada suhu
27 - 280C dan kadar garam 30 - 32 ‰.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar